Tuesday, March 19, 2013

Candi Peninggalan Majapahit Masih Banyak Yang Pariwisata






 Agen bola -  Tak banyak yang tahu di Sidoarjo, Jatim berdiri sebuah candi cantik, Candi Dermo namanya. Ini adalah candi sisa-sisa peninggalan Majapahit. Meski sering dikunjungi peziarah, candi ini ternyata jadi sarang ular berbisa.

Candi Dermo terletak di Desa Candinegoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Bangunan candi terbuat dari batu bata merah dengan tinggi 13,50 meter.

Jika berangkat dari pusat Kota Krian, Sidoarjo, pelancong bisa mengambil jalur pinggiran. Hal ini karena jalur pinggiran lebih bebas hambatan, dan bisa membawa Anda lebih cepat sampai ke lokasi candi.

Namun, sebelum sampai di Desa Candinegoro ada beberapa desa yang harus kami lewati. Beberada desa tersebut antara lain Krian, Junwangi dan Duran barulah sampai di Desa Candinegoro.

Lokasi candi berada di pemukiman padat penduduk. Rimbunnya pohon mangga di depan rumah-rumah warga di sekeliling, candi menambah suasana nyaman sehingga banyak pariwisata berkunjung di tempat ini.
Sebagai salah satu lokasi wisata sejarah, bangunan candi telah dipugar. Namun, ternyata bagian belakang candi masih mengalami kerusakan. Mungkin karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Tapi Anda tak perlu kuatir, pesona warisan Majapahit masih jelas terlihat.

Ada cerita menarik yang saya dapat dari seorang ibu, yang tinggal tak jauh dari pintu masuk candi. Menurutnya, dulu bagian dalam candi ini dijadikan lokasi sarang ular berbisa.

Penduduk setempat pun banyak menemukan ular-ular berbisa bersarang di dalam candi. Jadinya, mereka menjadi takut bila bermain-main di sekitar candi.

Sampai sekarang pun terkadang ada warga yang melihat ular keluar masuk bilik candi tersebut. Karena itu, pengunjung diminta berhati-hati. Begitu pula dengan kami. Sewaktu berkunjung ke sana, ibu tadi menyarankan agar kami juga berhati-hati, dan waspada bila memasuki bilik candi.

Begitu masuk ke dalam candi, sisa potongan lidi yuswa yang sudah terbakar, tampak berserakan dalam ruang candi. Bau khas dari bunga tujuh rupa masih terendus jelas oleh hidung kami. Nuansa mistis pun seketika terasa di dalam bilik candi.

Usut boleh usut, ternyata bilik candi yang terlalu besar ini semalam dipakai untuk ritual tertentu. Seorang warga melihat sekelompok orang yang bukan warga Desa Candinegoro berdatangan menuju bilik candi. Mereka kebanyakan dari etnis Tionghoa.

Pelancong yang datang semalam ini sengaja datang ke Candi Dermo untuk melakukan ritual keagamaan. Mereka memuja Dewa Jagad Batara agar bisnisnya lancar.

Warga sekitar juga menambahkan pada hari-hari tertentu Candi Dermo juga didatangi turis asing. Tidak jarang dari pengunjung candi ini berasal dari Bali.

Hal ini karena sebagian masyarakat Bali masih meyakini bahwa nenek moyang mereka berasal dari kerajaan besar Majapahit. Sedangkan Candi Dermo sendiri merupakan salah satu warisan Majapahit yang masih tersisa di Sidoarjo.

Masyarakat Hindu Bali yang kebetulan berkunjung ke Sidoarjo, biasanya menyempatkan diri menelusuri candi-candi Majapahit di kabupaten ini. Beberapa di antaranya adalah Candi Dermo. Tak sekadar berkunjung, mereka juga melakukan upacara ritual kepada Sang Hyang Widhi.

Belum lama kami mendengarkan penjelasan warga setempat, tiba-tiba juru kunci candi menghampiri. Akhirnya pembicaraan pun kami lanjutkan dengan juru kunci karena dia lebih tahu seluk beluk kisah Candi Dermo.

Menurut juru kunci candi, catatan mengenai Candi Dermo yang pertama dapat dilihat dari laporan tertulis pemerintah Belanda. Catatan itu ditulis pada tahun 1905-1913 dan 1914-1915.

Candi Dermo sebenarnya merupakan gapura yang berbentuk gapura Paduraks. Dalam dunia arkeologi, paduraks berarti candi berbentuk gapura yang bagian atapnya menjadi satu.

Pembagian gapura candi di dalam arkeologi ada dua, terpisah dan tak terpisah. Untuk gapura yang atapnya terpisah, akan terlihat seolah ditarik ke kanan dan ke kiri.

Bentuk candi yang demikian dinamakan Candi Benta, atau gapura belah. Candi ini mirip dengan gapura Candi Bajang Ratu, bekas peninggalan Majapahit yang berada di Trowulan.

Bangunan candi ini menghadap poros barat-timur. Dari bagian-bagian yang tersisa, dapat diketahui dan dipastikan bahwa dulunya gapura ini mempunyai pagar tembok atau sayap.

Belum jelas kapan dan oleh siapa Candi Dermo dibuat, karena memang tidak ditemukan angka tahun yang terpahat di bangunan candi. Juga belum ada catatan atau laporan tertulis mengenai candi ini.

Berdasarkan model bangunannya para ahli kepurbakalaan memperkirakan candi ini dibangun pada abad ke-14. Kira-kira pada masa pemerintahan Raja Brawijaya.





No comments:

Post a Comment